Minggu, 16 Juli 2017

STRATEGI OPTIMALISASI  HASIL PENANAMAN SIKAP SPIRITUAL, SOSIAL
DAN KETRAMPILAN PADA KURIKULUM 2013

            Secara umum, kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.
Kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik sebagai berikut :
1.  Mengembangkan keseimbangan antara sikap spiritual dan sosial, pengetahuan, dan keterampilan, serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat;
2.   Menempatkan sekolah sebagai bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar agar peserta didik mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar;
3.   Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
4.   Mengembangkan kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk Kompetensi Inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran;
5.  Mengembangkan Kompetensi Inti kelas menjadi unsur pengorganisasi (organizing elements) Kompetensi Dasar. Semua Kompetensi Dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam Kompetensi Inti;
6.   Mengembangkan Kompetensi Dasar berdasar pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar-mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal).

TABEL KESEIMBANGAN SIKAP, KETRAMPILAN DAN PENGETAHUAN



Text Box: AttitudeText Box: SkillText Box: KnowledgeText Box: SDText Box: SLTPText Box: SLTAText Box: PT

Bila melihat tabel kesimbangan di atas dengan dibandingkan kenyataan dilapangan dari hasil implementasi kurikulum 2013 rasanya masih sangat jauh dari jangkauan terhadap hasil yang diharapkan. Karena dengan melihat table tersebut kompetensi sikap pada tataran sekolah dasar menjadi sasaran utama dan bukan pengetahuan atau ketrampilan. Namun hal; yang terjadi dilapangan tetap kompetensi pengetahuan yang di nomor satukan oleh para guru kita. Mengapa bisa demikian ? Apakah para guru yang tidak memahami hal tersebut ? Atau tuntutan aturan/ kebijakan yang mengharuskan para guru kita tetap mengutamakan pengetahuan yang diutamakan? Banyak sekali pertanyaan yang dilematik dan serba salah untuk disikapi. Misal ada sekolah yang telah komitmen mengutamakn sikap tetapi mereka terjebak dikala tiba saatnya output di sekolahnya. Karena tolok ukur kedinasan dan masyarakat tetap melihat hasil Ujian yang jelas hanya mengukur kemampuan pada kompetensi pengetahuan saja. Siapapun dia jika peserta didik mendapat nilai Ujian sangat baik, maka akan mudah mencari sekolah lanjutan dan sekolah mendapat sanjungan baik dari olah dinas maupun masyarakat, tanpa melihat bagaimana sikap dan ketrampilan yang dimiliki peserta didik tersebut.
            Jelas sekali hal tersebut sangat bertentangan dengan tujuan utama dari Implementasi kurikulum 2013 yang mengutamakan sikap spiritual maupun sikap social.  Pendidikan karakter yang sangat gencar diluncurkan rasanya tetap belum memberikan pengaruh yang nyata dari hasil pendidikan. Hal ini pasti ada kesalahan prosedur ataupun kesalahan system yang dibangun baik disekolah maupun kebijakan yang berlaku. Untuk itu, bagaimana agar tujuan utama dari Kurikulum 2013 ini bisa terwujud sesuai dengan essensi yang diinginkan.
            Mari kita lihat kenyataan dilapangan kasus-kasus yang terjadi dimana-mana. Misal disuatu tempat ada kejadian orang meninggal sedangkan disana ada mahasiswa bahkan ada juga yang telah selesai kuliahnya, namun disaat diminta tolong membuatkan surat LELALU mereka tidak ada yang berani membuat dengan alas an tidak bisa. Padahal cara membuat macam-macam surat sudah sejak Sekolah Dasar diajarkan. Contoh lain missal terjadi lampu dirumah mati dikarenakan kabel saklar putus atau bahkan Cuma karena bola lampu putus. Tapi apa yang terjadi / Mereka lebih suka menyuruh petugas listrik dari pada membetulkan sendiri dengan alas an tidak bisa dan takut. Dan masih banyak lagi kasus-kasus dilapangan yang bila kita kaji lebih jauh kejadian tersebut amat sangat memprihatinkan terjadi pada generasi muda kita.
            Yang menajdi pertanyaan adalah mengapa bisa terjadi seperti ini ? Bagi saya suatu kesalahan yang dilakukan adalah bahwa dalam pendidikan disekolah guru masih terpaku pada penanaman kompetensi pengetahuan saja dan pada kompetensi sikap dan ketrampilan tidak mendapat porsi dan optimalisasi dengan baik. Bahkan kenyataan yang banyak diterpakan oleh sekolah adalah dengan memberikan pelajaran berfokus pada mata pelajaran yang di UN/US-kan. Dengan mengabaikan mata pelajaran lainnya karena tidak di UN/US-kan. Hal karena hasil nilai mata pelajaran yang di UN/US-kan akan mendongkrak kredibelitas sekolah dan menambah kepercayaan masyarakat. Yang lebih mendukung kebijakan sekolah tersebut adalah standarisasi sekolah yang diterapkan oleh Pemerintah juga mengacu pada nilai mata pelajaran yang di UN/US-kan. Jadi para guru tidak bisa disalahkan begitu saja.
USULAN SOLUSI
            Sikap dan ketrampilan siswa tidak memperoleh hasil yang sesuai harapan salah satunya penyebabnya adalah pada penerapannya di sekolah tidak mendapat porsi yang cukup dan tidak mendapat konsentrasi penuh oleh para guru yang dikarenakan para guru lebih member porsi dan perhatian pada kompetensi pengethuan. Untuk itu implementasi sikap dan ketrampilan harus mendapat porsi dan konsentarsi yang lebih dan cukup dalam implementasinya. Hal yang harus dilakukan adalah bahwa implemetasi ketiga kompetensi tersebut harus mendapat porsi yang cukup dan konsentrasi yang penuh juga.
            Bagimana bila diterpakan dengan program sebagai berikut:
1.    Kegiatan pembelajaran kelas I s.d V dillaksanakan sesuai denganm tujuan pembelajaran masing-masing tingkat.
2.    Pembelajaran kelas VI pada semester I masih dilaksanakan sesuai tujuan dan menyelesaikan sasaran pada Kompetensi Pengetahuan. Sehingga pada semester I kelas Akhir KD pada pengetahuan telah selesai.
3.    Ujian Nasional/Ujian sekolah dilaksanakan pada awal semester II secara Nasional.
4.    Pada semester II pembelajaran belum selesai dan guru lebih konsen pada pencapaian tujuan pada kompetensi sikap dan ketrampilan sesuai mata pelajaran masing-masing.
5.    Guru memberikan kompetensi pengetahuan hanya pada siswa yang nilai Ujian Nasional/Ujian Sekolah Perlu ada perbaikan
6.    Pada semester II guru harus penerapkan ilmu-ilmu terapan pada kompetsni sikap dan ketrampilan sesuai dengan KD-KD  pada setiap jenjang pendidikan
Misal Di Sekolah Dasar Mapel Agama Islam:
a.    Guru menerapkan praktek Doa tidak hanya dengan hening cipta tetapi secara bergantian siswa diminta memimpin doa dengan dilafalkan. Kegiatan sholat duha menjadi wajib bagi kelas Akhir, siswa harus benar-benar bisa baca tulis Al `Quran dan hafal surat-surat yang menajdi materi pada tingkat Sekolah Dasar, dst
b.    Pada Mapel Bahasa Indonesia; Siswa harus benar-benar bisa menulis macam-macam surat, membuat puisi,pantun, karangan bebas baik serita ataupun bentuk laporan dnegan sistematika yang benar, dst
c.    Pada mapel IPA ,siswa haris benar-benar dapat melakukan mataeri-materi parktek yang ada pada jenjang Sekolah Dasar.Contoh; Siswa mahir melakukan berbagai macam cara perkembangbiakan, rangkaian listrik, membuat magnet dan praktek-praktek yang lain sesuai KD pada ketrampilan.
d.    Begitu juga pada maple-mapel yang lain dengan mengoptimalkan KD pada ketrampilan dengan tujuan siswa benar-benar bisa melakukan sesuatu/ bisa membuat sesuatu sesuai permintaan KD Ketrampilan.
e.    Berlaku juga pada mata pelajaran muatan local, siswa benar-benar bisa praktek berbahasa daerah dengan baik dengan penanganan dari guru yang benar-benar konsentrasi untuk kemampuan siswa menerapkan Ilmu yang diperoleh dari Kompetensi Pengetahuan.
f.      Untuk sekolah pada jenjang menengah bisa diterapkan dengan program terapan, yaitu dengan di beri waktu 2 minggu atau 1 bulan untuk terjun kemasyarakat dengan kegiatan pengabdian. Karena disana siswa akan praktek bagaimana cara bertamu, bagaimana cara bersikap dimasyarkat dan siswa juga bisa melihat langsung ilmu terapan dilapangan. Hal ini jelas akan sangat membentuk karakter siswa dari sikap tanggungjawab, jujur, gotong royong dan sikap-sikap lainnya.
g.    Selanjutnya selain pemerintah membuat jadwal Ujian bagi siswa yang disaat Ujian awal perlu perbaikan, Pemerintah di akhir semester II juga mengeluarkan kisi-kisi secara nasional akan Ujian dari kompentesi Ketrampilan.
Dari usulan rencana program tersebut terlihat bahwa output dari setiap lembaga pendidikan tidak hanya diukur dari kompetensi pengetahuan saja tapi kompetensi sikap dan ketrampilan mendapat optimalisasi pada kelas akhir semester II dan pengukurannya diukur dengan standarisasi Nasional. Dengan terapan program tersebut suatu saat akan muncul putra putrid bangsa yang pandai menulis, pandai bersikap, pandai menhasilkan sesuatu dari hasil kompetensi ketrampilan yang benar-benar dioptimalkan. Sehingga kedepannya akan terbentuk generasi  muda yang kreatif, inovatif dan mempunyai sikap spiritualdan sikaop social yang mantap. Sehingga penegasan akan pendidikan yang berfungsi untuk mengambangkan pembinaaan watak sebagai tujuan ( output ) dalam penyeleggaraannya tentunya tetap mengacu pada acuan nilai dan norma. Sedangkan muara dari usaha tersebut ditegaskan dengan tujuan pendidikan nasional yaitu untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki untuk menjadi manusia yang beriman, cakap, kreatif, Mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Semoga bisa mejadi pemikiran bagi para pejabat pendidikan di Indonesia untuk bisa dipertimbangakan penerapannya.

WARSITO,S.Pd,M.Pd.
NIP 19710101 199303 1 012 
Kepala Sekolah SDN 02 Selokaton Kec.Gondangrejo.Kab.Karanganyar
Provinsi Jawa Tengah
08122643622 / 087735043668
warsito_adjie@yahoo.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar