Kecerdasan dan Kesuksesan
Disusun Oleh :
WARSITO , S.Pd
Kepala Sekolah SDN 01 Kragan Kecamatan Gondangrejo . Karanganyar
Intelligence Quotient (IQ) yang hampir seratus tahun lalu
diperkenalkan oleh William Stern tlah menyita perhatian yan tidak kecil.
Bangunan-bangunan utama kecerdasan ditakar dalam skor-skor tertentu. Takaran IQ
bahkan menjadi momok bagi siswa tertentu ketika ia harus memilih mau menjadi
apa dia kelak. Yang lebih tragis, takaran IQ telah menghilangkan kesempatan
berkembang bagi mereka yang memiliki IQ rendah, tetapi dengan kecerdasan lain
yang dominan.
Intelligence Quotient (IQ), menurut Daniel Goleman, hanya
menyumbang sekitar 5-10 persen bagi kesuksesan hidup. Sisanya adalah kombinasi
beragam factor yang salah satunya adalah kecerdasan Emosi (Gramedia, 1996). Intelligence
Quotient (IQ), menurut Paul Scoltz, hanya bagian kecil dari pohon
kesuksesan dalam semua hal. Scoltz yang menulis buku Adversity Quotient (Gramedia,
2000), menyebut kinerja, bakat dan kemauan, karakter,
kesehatan, kecerdasan, faktor genetik, pendidikan,
dan keyakinan sebagai kunci-kunci kesuksesan manusia.
Menurut Howard Gardner, ahli pendidikan dengan
memperkenalkan teori Multiple Intelligence (MI, atau kecerdasan
majemuk), mempertegas bahwa kesuksesan tidak dapat hanya diukur dengan
kecerdasan intelektual. Tujuh jenis kecerdasan itu adalah linguistic, matematika,
spasial, kinestetis, musik, antar pribadi,
dan inter pribadi. Tujuh potensi kecerdasan dengan kadar
berbeda-beda ada pada setiap orang. Ketujuh kecerdasan majemuk itu bukan
bagian-bagian jyang terpisah dari kecerdasan manusia. semuanya terintegrasi dan
saling terkait satu sama lain. Jelasnya setiap orang memiliki tujuh jenis
kecerdasan itu. Masalahnya, pendidikan kita cenderung mengoptimalkan satu atau
dua kecerdasan saja. Oleh Karena itu, tugas paling berat adalah optimalisasi
tujuh kecerdasan itu. Ini artinya, optimalisasi seluruh otak!.
Kesuksesan harus dipandang sebagai
pemakaian otak secara utuh (whole brain), Jika selama ini otak belum
dipakai secara utuh, namun yang patut disyukuri adalah adanya dukungan ilmiah
bahwa otak manusia berperan penting dalam kecerdasan dan kesuksesan. bahkan
ahli saraf terkenal dari Universitas Indonesia, Prof. Sidiarto Kusumoputro,
mengembangkan pelatihan otak yang didasari pada temuan-temuan spektakuler
neurosains tersebut. Pelatihan KISS ME (Kreatifitas, Imajinasi,
Sosialisasi, Spiritual, Musik, dan Emosi), Neurobics,
dan Brain Gym adalah pelatihan untuk optimalisasi otak.
Hal tersebut diatas membuktikan bahwa kekuatan
terbesar manusia bukan terletak pada bagian luar tubuh manusia. kekuatan ada
pada diri manusia. problemnya, manusia kurang begitu mengenal dirinya. Socrates
benar ketika ia menyatakan bahwa masalah mendasar manusia adalah `pengenalan
diri`, “Gnothi Teauton” kata Socrates. ‘kenalilah dirimu!”
Kecerdasan intelektual, kecerdasan emosi, dan
kecerdasn majemuk merupakan kunci-kunci kesuksesan yang betul-betul mengorek
hingga ke dasar-dasarnya kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh manusia. Namun,
perlu diperhatikan secara jelas bahwa ketiga konsep itu memiliki kelemahan yang
sangat signifikan dalam mengaktualkan potensi dasar otak manusia.
Ukuran IQ memiliki kelemahan dala hal pemberian
peluang bagi nuansa-nuansa emosional, seperti empati, motivasi diri,
pengendalian diri, dan kerja sama social. Sementara itu, kecerdasan majemuk
(MI) lebih menonjolkan aspek kognitif, sekalipun musik, olah raga, dan hubungan
antar pribadi dipandang sebagai kecerdasan jenis tersendiri. EQ, sebagaimana
juga ditemui pada konsep IQ dan MI, sama sekali menepiskan peranan aspek
spiritual yang mendorong kesuksesan. Ketulusan, integritas, tanpa pamrih, `ngalap
barokah`, rendah hati, dan orientasi kebajikan social adalah beberapa hal
penting dari kehidupan spiritual yang memberi kepuasan total bila seseorang
sukses. Aspek-aspek spiritual itu tidak hanya membuat seseorang sukses, tetapi
juga BAHAGIA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar