BagaimanaTentang Sekolah Sehat
dan Sekolah Sakit
Disusun oleh :
WARSITO ,S.Pd
Kepala Sekolah SD Negeri 01 Kragan
Kec. Gondangrejo .Kab.Karanganyar
Ternyata
yang bisa mengalami kondisi sehat dan sakit bukan hanya makluk hidup saja ,
tetapi suatu lembagapun dapat menjadi sehat dan dapat pula menjadi sakit . Lalu
bagaimana suatu lembaga dikatakan sehat atau sakit , khususnya untuk lembaga
pendidikan ?
Sekolah sebagai sebuah organisasi dituntut untuk dapat
memecahkan: (1) Masalah tentang bagaimana memperoleh sumber daya yang mencukupi
dan dapat menyesuaikan dengan tuntutan lingkungannya, (2) Masalah tentang
upaya-upaya pencapaian tujuan pendidikan di sekolah, (3) Masalah pemeliharaan
solidaritas, dan (4) Masalah upaya menciptakan dan mempertahankan keunikan
nilai yang dkembangkan di sekolah.
Keempat hal di atas menjadi kerangka acuan dalam
mengembangkan sekolah sehat. Dalam bukunya yang berjudul Educational
Administration, Wayne K. Hoy dan Cecil G. Miskel (2003) memaparkan tentang
kriteria sekolah sehat, yang terbagi ke dalam tiga level dan tujuh dimensi,
yang dijadikannya sebagai kerangka penyusunan Organizational Helath Inventory
(OHI).
A. Level
Lembaga
Level
lembaga ini
merupakan tahap yang berkaitan dengan hubungan organisasi dengan lingkungannya.
Hal ini penting untuk kepentingan legitimasi dan dukungan masyarakat terhadap
sekolah.
1.
Institutional Integrity
Institutional
integrity lebih
mengarah kepada keutuhan segenap program pendidikan di sekolah. Sekolah mampu
melindungi diri secara baik ( Ketahanan Sekolah ) dari berbagai serangan dan
tekanan kekuatan eksternal yang merugikan.
B. Level
Manajerial
Level manajerial mengarah kepada
kegiatan untuk menjembatani dan mengendalikan usaha-usaha internal organisasi
sekolah. Kepala sekolah merupakan petugas adminitratif yang utama di sekolah,
yang harus dapat menemukan cara-cara terbaik untuk mengembangkan loyalitas,
kepercayaan dan motivasi guru, serta dapat mengkoordinasikan setiap pekerjaan
di sekolah.
2. Principal
Influence
Principal
influence mengarah
kepada kemampuan kepala sekolah untuk berpartisipasi aktif terhadap para
atasan. Kepala sekolah dapat bertindak persuasif, bekerja secara efektif dengan
atasan, dan menunjukkan kemandiriannya (independensi) dalam berfikir dan
bertindak.
3. Consideration
Consideration mengarah pada perilaku kepala sekolah yang bersahabat,
suportif, terbuka dan kolegial.
4. Initiating
Structure
Initiating
Structure mengarah
pada perilaku kepala sekolah yang berorientasi pada tugas dan prestasi. Kepala
sekolah memiliki sikap dan ekspektasi yang jelas tentang prosedur dan standar
kinerja bawahannya (guru).
5.
Resource Support
Resource
Support mengarah
pada ketersediaan sarana dan prasarana yang diperlukan dan digunakan untuk
kepentingan pembelajaran di kelas secara memadai.
C. Level
Teknis
Level teknis berkaitan
dengan proses belajar mengajar dan tanggung jawab guru terhadap pendidikan
siswa sebagai produk sekolah.
6. Morale
Morale mengarah pada rasa saling percaya, percaya diri,
semangat, dan persahabatan yang diperlihatkan para guru dan para guru memiliki
kepekaan terhadap pencapaian prestasi kerjanya
7. Academic
Emphasis
Academic
Emphasis mengarah
pada usaha sekolah untuk mengutamakan pencapaian prestasi, khususnya prestasi
akademik para siswanya. Lingkungan pembelajaran ditata secara sungguh-sungguh.
Guru-guru merasa yakin terhadap kemampuan siswanya untuk meraih prestasi, para
siswa bekerja keras dan pemberiaan penghargaan kepada setiap orang yang mampu
menunjukkan prestasi akademiknya.
Dari uraian tersebut lalu
bagaiman dengan kondisi sekolah kita ? Sehat atau sakitkah sekolah kita ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar