Kamis, 05 Juni 2014

SEMBAKO Keys To Successfull Implementation Of Curriculum 2013

Mindset Kurikulum 2013 ( lanjutan ) 


Dalam pengertian sederhana mindset adalah pola pikir seseorang yang mendasari perilaku atau tindakannya sehari-hari. Tindakan seseortang dalam kehidupan sehari-hari dibedakan dalam dua bagian yaitu conscious dan unconscious. Conscious adalah tindakan yang dilakukan secara sadar sedangkan unconscious adalah kebalikan dari conscious . Conscious dikerjakan oleh alam sadar manusia dan unconscious oleh alam bawah sadar . Mindset itu terbentuk karena ada tindakan atau kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang .Untuk melakukan perubahan mindset kita harus membentuk kebiasaan baru yang dilakukan secara kontinyu. Setiap orang yang ingin berubah berarti ia harus mengganti mindsetnya terlebih dahulu . Mengganti mindset berarti berpindah dari satu mindset ke mindset yang lain. Hal ini sangat penting karena dengan demikian mengganti mindset dapat diartikan memasuki dunia atau permainan baru dengan segala aturan barunya .
Apa pun di sekitar kita selalu berubah. Hal ini berarti perubahan itu selalu terjadi. Bila lingkungan berubah dan kita tidak mengikuti perubahan, maka kita sesungguhnya sedang membiarkan diri dari perubahan.
   Pendidikan di Indonesia saat ini menghadapi beberapa tantangan antara lain adalah pemerataan, mutu dan relevansi. Pemerataan berkaitan dengan belum meratanya pelayanan pendidikan yang diberikan oleh pemerintah untuk seluruh anak usia sekolah  di  Indonesia. Mutu pendidikan terkait dengan kualitas dan komptensi lulusan yang masih belum setara bila dibandingkan lulusan pendidikan dari negara-negara maju. Selain itu lulusan pendidikan belum sepenuhnya mampu membangun kemandirian bangsa, menciptakan ilmu dan teknologi yang modern. Relevensi pendidikan  terkait dengan kesesuaian antar isi kurikulum dan pembelajaran dengan komptensi lulusan dengan dunia usaha dan dunia indutri.
Berkaitan dengan hal tersebut, dalam rangka meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan dengan perubahan lingkungan global, maka pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengambil kebijakan dengan mengembangkan kurikulum sekolah dari KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dengan kurikulum baru yang disebut dengan kurikulum tahun 2013.
Berubahnya  kurikulum sekolah dari KTSP menjadi  kurikulum 2013, akan membawa perubahan dalam pengelolaan sekolah. Oleh karena itu kepala sekolah sebagai pimpinan setiap satuan pendidikan harus memahami manajemen perubahan dan mampu mengelola perubahan agar kinerja sekolah dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 tercapai  pada gradasi yang tinggi.
Supaya perubahan itu dapat terlaksana secara efektif dan efisien dan menemukan bentuk seperti yang diharapkan, maka perubahan itu perlu dikelola dengan baik. Mengelola perubahan itu untuk selanjutnya dinamakan manajemen perubahan.
a. Tujuan Umum
Setelah mengikuti pelatihan kepala sekolah mampu mengelola sumber daya yang sekolah miliki secara efektif dalam menjamin terwujudnya keunggulan pemenuhan standar kompetensi lulusan pada melaksanakan kurikulum 2013 melalui penerapan manajemen perubahan di sekolah.
b. Indikator Pencapaian
1)   Sikap
a)      Bersikap positif terhadap perubahan (mengurangi resistensi)
b)     Meningkatnya daya inisiatif dalam melakukan perubahan.
c)      Meningkatnya motivasi
d)     Berinsiatif dengan harapan yang tinggi
2) Pengetahuan
a) Mendiskusikan makna manajemen perubahan
b) Membandingkan kondisi nyata dan kondisi yang diharapkan
c) Merancang strategi perubahan manajemen sekolah
3) Keterampilan
a) Mengarahkan perubahan
b) Memantau keterlaksanaan dan keberhasilan perubahan
c) Melakukan perbaikan proses perubahan.
d) Menerapkan teknik memantau dalam merealisasikan kurikulum 2013
e) Mengidentifikasi data yang diperlukan untuk melakukan perbaikan proses
   perubahan
C. Ruang Lingkup Materi Manajemen Perubahan
Konsep dan implementasi manajemen perubahan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum 2013 tingkat satuan pendidikan;
1)      Data tentang tindakan kepala sekolah dalam pelaksanaan KTSP.
2)      Data keberhasilan kepala sekolah dalam melaksanakan manajemen perubahan pada  penerapan KTSP.
3)      Definisi manajemen perubahan.
4)      Analisis penyebab keberhasilan penerapan manajemen perubahan pada penerapan kurikulum terdahulu.
5)      Identifikasi perubahan dalam pelaksanaan kurikulum 2013.  
6)      Alternatif program manajemen perubahan pada penerapan kurikulum 2013.
7)      Prioritas rencana tindakan dalam implementasi manajemen perubahan meliputi;
a)    Tujuan dan indikator pencapaian
b)   Ruang lingkup perubahan
c)    Strategi perubahan
d)   Penentuan batas waktu
e)   Peningkatan dukungan
f)     Pertimbangan resiko
g)    Penyiapan sumber daya
8)      Pengukuran keberhasilan proses dan output perubahan.
         Dalam Kurikulum 2013 semuanya mengalami perubahan. Mulai dari sistem pengajaran, buku,
kinerja guru, dan lain sebagainya. Namun, hal yang paling diutamakan dalam implementasi
kurikulum 2013 adalah mindset guru harus diubah. Jika mindset belum diubah, percuma saja
kurikulum 2013 diimplementasikan. Pasalnya, penerapan kurikulum 2013 dengan kurikulum sebelumnya
yaitu 2006 (KTSP) sangatlah berbeda. Kurikulum 2013 menjadi model baru, seorang guru yang bukan
menyuapin ke muridnya seperti menulis di papan tulis dan muridnya menulis, tetapi sebaliknya justru murid
lah yang aktif belajar dan tidak disuapin lagi oleh guru Mindset guru harus diubah, seorang guru yang
profesional harus ada tuntutan, karena ketika ada masalah baru dan guru-guru jangan menunggu tapi
mencari, seorang guru yang baik harus berusaha. Perubahan mindset merupakan faktor pertama yang harus
disentuh sebelum sebuah kebijakan diberlakukan. Yang jelas dalam kurikulum 2013, guru adalah fasilitator.
Guru adalah desain pembelajaran. Pusat pembelajaran ada pada peserta didik. Guru harus mendorong
peserta didik menjadi lebih kreatif dan mandiri. Peserta didik mampu belajar sendiri.
Tidak mudah memang merubah mindset guru kearah kurikulum 2013 , namun ini harus dilakukan dan diterapkan sebagai seorang guru yang profesional . Mendidik ibarat menanam pohon. Pertama harus menyiapkan lahan, kedua menggali, kemudian menanam, terus menyiram dan merawat. Artinya guru harus menyiapkan bukan saja materi tapi mengetahui kesiapan peserta didik, kemudian harus menggali potensi peserta didik. Dengan demikian guru dapat memberikan pembelajaran sesuai kebutuhan peserta didik. Selanjutnya guru tidak berhenti disutu. Ia harus membimbing karakternya sehingga peserta didik dapat mandiri, menemukan sendiri, dan mengevaluasi hasil kerjanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar