Jumat, 17 April 2015

Best Practices



BEST PRACTICES
MENUMBUHKAN JIWA ENTREPRENEUR DENGAN KEUNGGULAN LOKAL BATIK TULIS DAN APLIKASI BATIK PADA GERABAH DI SDN 02 SELOKATON

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Pendirian sebuah Sekolah sebagai Lembaga Pendidikan adalah niat luhur untuk mencerdaskan bangsa. Dalam pendirian tersebut lebih mengutamakan pada kepentingan masarakat dan prospek kedepan bagi keberlangsungan lembaga tersebut. Penyediaan akan sarana gedung, tenaga, anggaran, peserta didik, dan fasilitas pembelajaran lainnya menjadi mutlak diperlukan. Sekolah yang merupakan agen peletak dasar kompetensi baik afektif, kognitif, dan psikomotor dituntut untuk dapat memberikan out put yang outcam . Artinya lulusan yang siap terjun kemasyarakat baik dari segi pengetahuan maupun ketrampilannya . Kalo dari segi pengetahuan pasti semua sekolah telah membekali kepada semua peserta didiknya. Namun apakah dari segi ketrampilan sudah semua sekolah telah membekalinya ? Terutama di sekolah dasar , masih sangat kecil sekali prosentasenya dimana sekolah memprogramkan kegiatan yang mengarah pada life skill . Program keunggulan lokal yang selama ini telah banyak dituliskan pada kurikulum masing-masing sekolah masih dalam batas program dalam tulisan saja. Padahal sudah menjadi tuntutan baik dari dinas maupun kondisi jaman bahwa masing-masing sekolah agar dapat menunjukkan keunikan sendiri-sendiri yang menjadi keunggulan lokal.
Menanggapi hal tersebut di SD Negeri 02 Selokaton Kecamatan Gondangrejo rupanya juga termasuk yang program keunggulan lokal yang dicanangkan masih dalam batas program dan belum sama sekali diujudkan . Untuk itu setelah saya ditugaskan di SD Negeri 02 Selokaton pada tahun 2013 Saya ingin sekali mengangkat keunggulan lokal yaitu Ketrampilan Membatik sebagai keunggulan lokal di SD Negeri 02 Selokaton Menyelenggarakan Sekolah Berbasis Keunggulan Lokal Batik Tulis .
B. Permasalahan
Dengan  melihat latar belakang di atas disini penulis mengangkat permasalahan bagaimana mewujudkan ketrampilan membatik dapat menjadi program keunggulan lokal di SD Negeri 02 Selokaton Kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar .
C. Strategi Pemecahan Masalah .
Komunikasi adalah hal yang sangat diperlukan dalam pemecahan masalah ini. Dari prestasi yang dihasilkan oleh SDN 02 Selokaton dibidang akademik patut diacungi jempol.Namun prestasi dibidang non akademik masih sangat kurang , terutama pada pembekalan di bidang life skill / kecakapan hidup.
Tahap Pertama ( Analisis lingkungan ) Untuk mewujudkan program keunggulan lokal tersebut penulis melakukan observasi terhadap lingkungan sekitar terutama pada orang tua / wali murid . Dari hasil observasi tersebut didapat bahwa masih ada 4 orang tua / wali murid yang kesehariannya melakukan kegiatan membatik dirumah . Ini merupakan modal yang sangat luar biasa bagi penulis untuk membantu keberhasilan program keunggulan lokal ketrampilan membatik paling tidak siswa tersebut mempunyai pengalaman membatik walaupun masih dalam tahap melihat kegiatan orang tuanya .
Tahap kedua ( Penentuan Program )  Selanjutnya saya mengadakan rapat sekolah sekaligus sosialisasi program tersebut dan mendapat sambutan baik dari seluruh warga sekolah . Akhirnya pada tahun pelajaran 2012/2013 program keunggulan lokal ketrampilan membatik resmi kami tuangkan dalam kurikulum di SD Negeri 02 Selokaton .
 Tahap ketiga ( menentukan Kompetensi ) yang saya lakukan adalah dengan mendatangkan pelatih yang ahli dibidangnya . Pada kesempatan ini kami mendatangkan pembimbing dari Kampung BATIK Laweyan Solo untuk memberi bimbingan ketrampilan membatik dari mulai mendesain batik , pelilinan/nyanting ,pewarnaan ,  penguncian warna sampai pada tahap pelorotan . Pada tahap ini saya juga menugaskan dua orang guru untuk ikut terlibat didalamnya sehingga pada kegiatan-kegiatan selanjutnya guru dapat mendampingi siswa dalam praktek membatik sampai menghasilkan suatu produk . Pada tahap ini kami sebelumnya sudah mengkondisikan pada siswa akan apresiasinya pada motif-motif batik dengan memasukkan materi mewarnai motif batik pada kelas bawah yaitu pada kelas I,II, dan III , Sedangkan pada kelas atas pengenalannya pada materi menggambar motif batik yang kami integrasikan pada mata pelajaran seni budaya dan ketrampilan .
Tahap keempat ( action ) adalah pembimbingan pada siswa yang didampingi oleh tenaga ahli yang kami datangkan dari kampung batik laweyan untuk proses pelilinan/nyanting, pewarnaan , penguncian waran sampai pada tahap pelorotan dengan kain selebar sapu tangan .Kegiatan praktek ini kami programkan pada tiap hari sabtu setelah pembelajaran selesai .  Selanjutnya dari hasil yang dihasilkan pada kegiatan tersebut semua karya siswa kami bingkai dan dipajang ditiap kelas bahkan pada dinding luar kelas agar semua siswa menikmati hasilnya dan menghargai hasil karya siswa .
Tahap ketiga ( produk ) kami bersama tenaga pembimbing memilih siswa yang mempunyai bakat ketrampilan membatik untuk diarahkan pada proses pembuatan produk yang berbentuk bahan baju , taplak meja , selendang , dan ikat kepala ( iket ) . Pada tahap ini ada sekitar 30 anak yang ketrampilan membatiknya sangat baik menurut penilaian kami dan tenaga pembmbing . Pada kegiatan ini kami membuat kelompok dengan satu produk dikerjakan oleh dua siswa dari mulai desain sampai dengan hasil akhir . Produk yang dihasilkan kami pamerkan diacara panggung terbuka dengan peragaan busana yang diragakan oleh siswa-siswi SD Negeri 02 Selokaton di hadapan seluruh siswa-siswi TK/PAUD se- Kecamatan Gondangrejo yang menjadi undangan dalam kegiatan festival tersebut . Dalam kegiatan tersebut kami mengadakan lomba keluwesan dan kreasi bagi TK/PAUD Se-Kecamatan Gondangrejo sekaligus memanfaatkan momen tersebut untuk menampilkan produk keunggulan lokal yang telah kami laksanakan dan menghasilkan produk . ( Foto-foto kegiatan terlampir )
Dalam kegiatan tersebut dibuka oleh bapak Sutarno,M.Pd ( Kasi Dikdas ) , Camat kecamatan gondangrejo yang sekligus memberi piagam penghargaan pada saya atas kreatifitas dan inovasinya dengan mengangkat ketrampilan membatik sebagai keunggulan lokal di sekolahnya dan telah menjadi pelopor pelatihan membatik bagi kepala sekolah se-kecamatan Gondangrejo yang dalam agendanya ketrampilan membatik akan diberlakukan diseluruh sekolah dasar di Kecamatan Gondangrejo mulai tahun ajaran baru 2014/2015 . Hal ini disambut sangat positif oleh bapak camat berkaitan dengan aset daerah khusus gondangrejo dengan adanya tempat wisata baru yaitu Situs cagar alam purbakala di Gondangrejo yaitu Kloster Dayu ( Kampung Purba ) .


BAB II
PEMBAHASAN

A. Alasan Pemilihan Strategi
Setiap daerah memiliki potensi dan keragaman karya yang dihasilkan sebagai ciri khas daerah tersebut. Satuan pendidikan yang berbasis keunggulan lokal merupakan paradigma baru pendidikan untuk mendorong percepatan pembangunan di daerah berdasarkan potensi yang dimiliki oleh masyarakat lokal. Keunggulan lokal di sini dapat diartikan segala potensi dan karya di suatu daerah yang menjadi karakteristik daerah tersebut. Keunggulan lokal ini juga berarti sumberdaya (resources) alam dan manusia yang terdapat di suatu daerah. Keunggulan lokal ini merupakan paduan dari pengetahuan, keterampilan, kemandirian, dan kemampuan untuk menyesuaikan pendidikan dengan kondisi aktual di setiap daerah. Model sekolah berbasis keunggulan ini perlu dikembangkan pada setiap jenis dan jenjang pendidikan. Tidak hanya SMK saja, tetapi juga sangat mungkin dikembangkan pada sekolah umum dan madrasah. Sebab pendidikan saat ini perlu diarahkan pada multi skill. Sehingga lulusan bisa memenuhi kebutuhan pasar. Hal ini bisa dilakukan dengan cara meningkatkan mata pelajaran keterampilan yang menjadi kebutuhan masyarakat setempat. Potensi lokal menjadi bahan pertimbangan utama dalam memilih materi pelajaran berbasis keunggulan lokal ini.
Dengan memperkuat mata pelajaran keterampilan yang mengarah pada kebutuhan masyarakat ini akan bisa meningkatkan daya eksistensi sekolah di sebuah daerah. Sebab, minat masyarakat untuk berpendidikan akan meningkat dan secara otomatis pengakuan masyarakat terhadap keberadaan pendidikan tersebut akan semakin tinggi. Dengan berbekal mutli skill maka siswa akan cepat diterima masyarakat, karena keterampilan yang dimiliki bisa dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu, model pembelajaran sekolah berbasis keunggulan lokal ini harus banyak dilakukan dalam bentuk praktek dan bekerjasama dengan dunia usaha. Salah satu ukuran keberhasilan sekolah adalah output lembaga pendidikan yang terampil dan diterima masyarakat sesuai keahlian yang didapat di lembaga pendidikan. Dengan demikian, model sekolah berbasis keunggulan lokal menjadi penting untuk direalisasikan dan dikembangkan pada semua jenis dan jenjang pendidikan. Selain untuk memenuhi tuntutan masyarakat dalam menyelesaikan masalah hidup juga meningkatkan daya eksistensi sekolah di daerah.
SD Negeri 02 Selokaton dalam segi akademik sudah cukup bagus , hal ini terbukti telah berkali-kali mewakili Kecamatan Gondangrejo bahkan Kabupten Karanganyar dalam ajang LCT  dan OSN baik matematika maupun IPA . Ditahun 2014 siswa kami mewakili Kabupaten Karanganyar pada OSN Matematika sampai pada tahap II Tingkat Provinsi Jawa Tengah ( rangking 18 ). Mengapa saya memutuskan ketrampilan membatik menjadi program keunggulan lokal SD Negeri 02 Selokaton salah satunya adalah memberikan wahana pada siswa yang mempunyai bakat minat membatik sebagai bekal kecakapan hidup dan menyeimbangkan prestasi akademik dengan prestasi non akademik . Dan pada tahun 2014 ini prestasi akademik dan non akademik telah ada keseimbangan . Bahkan dari kegiatan membatik dan produk yang dihasilkan telah ada karya siswa yang menarik perhatian beberapa guru dan ingin memilikinya . Saya mengambil unggulan lokal ketrampilan membatik dengan tujuan :
  1. Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi siswa yang cakap , kreatif , tanggap akan perkembangan jaman dan kebutuhan lingkungan .
  2. Mengembangkan ketrampilan pribadi , ketrampilan berfikir , ketrampilan sosial dan ketrampilan akademik .
  3. Menegakkan lima pilar dalam belajar yaitu ; (a) Belajar untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa ,( b) Belajar untuk memahami dan menghayati , ( c) Belajar untuk melaksanakan dan berbuat secara efektif ,( d) Belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain , ( e ) Belajar untuk membangun dan menemukan jati diri , melalui proses pembelajaran yang aktif , kreatif , efektif dan menyenangkan .
  4. Mendayagunakan potensi alam , sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan .
  5. Memberi bekal kecakapan hidup atau “ life skill “ agar siswa dapat menghadapi tantangan jaman dan mampu memecahkan masalah atau problem kehidupan .
  6. Menghasilkan lulusan yang berwawasan kemandirian akan dunia usaha dan dunia industri .
  7. Menghargai dan mencintai Khasanah budaya Tradisional Indonesia khususnya Batik Tulis

B. Hasil yang dicapai dari Strategi yang dipilih
          Dari kegiatan tersebut didapat manfaat yang sangat positif terutama di dunia pendidikan diantaranya sebagau berikut :
  1. Membawa dampak positif terhadap dunia pendidikan terutama gambaran tentang aktualisasi potensi peserta didik .
  2. Dapat mengangkat potensi daerah yang ada yang berwawasan dunia usaha dan dunia industri .
  3. Dapat menambah khasanah pengetahuan budaya tradisional Indonesia terutama dunia batik .
  4. Dapat menanamkan pada diri peserta didik rasa cinta akan kekayaan budaya tradisional Indonesia terutama dunia batik .
  5. Dapat menjadi bekal dasar pada diri peserta didik untuk aktualisasi potensi diri yang bisa dijadikan modal peningkatan kesejahteraan di masa yang akan datang .
  6. Menumbuhkan daya inovasi , kreasi,  dan motivasi untuk berkarya .
  7. Dapat sebagai penyumbang Ilmu Pengetahuan di dunia pendidikan khususnya pengembangan kurikulum pendidikan dasar yang berbasis ketrampilan proses .
  8. Dapat sebagai sumber inspirasi bagi para pelaku pendidikan untuk menciptakan dan menemukan program unggulan baru yang sesuai dengan kebutuhan lingkungan .
  9. Dapat memberi sumbangan dalam rangka perintisan penanggulangan kenakalan remaja dan pengangguran .
Hal ini terbukti telah menumbuhkan inspirasi pada saya akan program keunggulan ini bisa dijadikan keunggulan lokal Kecamatan Gondangrejo dan Gondangrejo menjadi pusat ketrampilan membatik di sekolah dasar di Kabupten Karanganyar . Langkah ini telah ditempuh dengan mengadakan pelatihan membatik bagi kepala sekolah dan guru se-Kecamatan Gondangrejo dilaksanakan pada tanggal 2,3, dan 4 Januari 2014 yang pada kegiatan tersebut dibuak oleh Bapak Sutarno,M.Pd ( Kasi Dikdas ) dan ditutup oleh Bapak Slamet Wiyadi ,BA,S.IP,M.Pd ( Kabid Dikdas ) . Dan kegiatan ini disambut dengan sangat positif sekali oelh bapak camat Gondangrejo bahkan dalam sambutannya disampaikan rasa terima kasihnya atas ide kreatif ini yang sangat positif mengangkat potensi daerah yang memang dalam tahap ini sangat perlu digali dan diaktualisasi . Dengan harapan besar terhadap produk asli daerah ini dapat mengangkat Gondangrejo terhadap kunjungan wisata Purbakala di Kloster Dayu dengan membawa oleh-oleh batik asli dari Gondangrejo .
C. Kendala Kendala yang dihadapi
Diketahui bersama, pendidikan sangat erat kaitannya dengan transformasi sosial. Sebab pendidikan juga bagian dari sistem sosial. Relevansi antara dunia pendidikan dengan dunia riil menjadi kebutuhan mendesak untuk direalisasikan. Inovasi pendidikan telah dilakukan, baik oleh pemerintah maupun masyarakat yang peduli terhadap pendidikan. Inovasi ini tidak hanya tataran konseptual strategik tetapi juga terjadi proses inovasi pada tataran praktis. Mulai dari kurikulum, pola manajemen, pembelajaran, hingga promosi lulusan lembaga pendidikan pada setiap jenjang. Perbaikan pada sistem pendidikan selama ini, masih perlu pengembangan yang lebih komprehensif. Sehingga pendidikan dapat menyentuh dan sinergi dengan dinamika sosial yang berlangsung. Fenomena yang terjadi, antara dunia pendidikan dan perkembangan masyarakat tidak relevan. Kebutuhan masyarakat belum bisa diwujudkan sepenuhnya oleh lembaga pendidikan. Di antara indikator masalah ini adalah, lulusan Lembaga Pendidikan belum siap pakai karena hanya menguasai teori, dan miskin keterampilan. Selain itu juga disebabkan materi pendidikan tidak sesuai potensi daerah dimana siswa bertempat tinggal. Materi pelajaran dan konteks kehidupan siswa pun tidak ada kesesuaian. Sehingga transformasi pendidikan dalam kehidupan siswa mengalami bias tujuan (utopis). Untuk itu, sekolah berkeunggulan lokal dibutuhkan sebagai alternatif menutup kesenjangan tesebut.
          Dalam pelaksanaan program tentunya akan ditemui kendala-kendala yang mungkin tidak terfikirkan sebelumnya . Kendala-kendala yang kami alami dalam pelaksanaan program ini adalah sebagai berikut :
  1. Kecukupan akan sarana dan prasarana membatik.
  2. Pendanaan pada setiap kegiatan karena pada tahap pelilinan dan pewarnaan kami masih mendatangkan pembimbing khusus.
  3. Jadwal kegiatan yang sering sekali berbenturan dengan kegiatan dinas lainnya .
  4. Jaringan pemasaran yang perlu kami mencari solusinya terhadap produk yang dihasilkan sehingga hasil karya siswa tidak hanya disimpan di sekolah
  5. Kami memerlukan dukungan dari para pemerhati pendidikan khususnya stake Holder .
  6. Kekonsistenan para tenaga pendidik dalam tugas yang mengarah pada hasil prestasi akademik dan non akademik yang selalu menjadi target di sekolah kami .
D. Faktor-faktor Pendukung
Pengembangan bidang pendidikan telah menjadi hal penting dalam rancangan pembangunan nasional. Bahwa, keberhasilan pendidikan akan berpengaruh terhadap peningkatan sektor lain secara simultan. Untuk itu, dalam pengembangan ini, sekolah perlu melakukan kajian dengan melibatkan semua stakeholder pendidikan untuk merumuskan bersama tentang keunggulan lokal yang akan dimasukkan dalam pendidikan berbasis potensi daerah. Sehingga keunggulan lokal terintegrasi dalam materi belajar yang disusun sesuai jenjang pendidikan siswa. Bahkan jika memungkinkan materi keunggulan lokal menjadi integral dengan kurikulum nasional berciri khas lokal.
Model penyelenggaraan pendidikan yang mempertimbangkan keuntungan geografis dan demografis inilah yang bisa mewujudkan pendidikan nyata. Yaitu pendidikan yang dikelola sesuai kebutuhan lokal masyarakat. Penyesuaian materi dengan kebutuhan lokal dipadukan dalam praktek pendidikan. Sebab, tujuan pendidikan adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang sesuai dengan perkembangan masyarakat sosial. Model pendidikan inilah yang diharapkan bisa mengakomodir segala kebutuhan masyarakat. Pendidikan model ini berangkat dari analisis potensi lokal pada setiap daerah yang karakteristiknya berbeda.
          Dalam pelaksanaan program keunggulan lokal ini ada beberapa faktor pendukung yang saya bagi menjadi 2 yaitu :
  1. Faktor Intren ; yaitu faktor pendukung dari seluruh warga sekolah yang meliputi kepala sekolah , guru , komite sekolah , orang tua / wali , siswa , dan lingkungan sekolah .
  2. Faktor ekstern ; yaitu faktor dari luar sekolah yang berupa kebutuhan daerah dan karakteristik pasar tenaga kerja , indikator capaian keberhasilan pengembangan di sekolah , dukungan kebijakan untuk mendorong berkembangnya sekolah berbasis keunggulan lokal .
E. Alternatif Pengembangan
          Pelaksanaan suatu program yang telah berjalan dan telah menghasilkan suatu produk baik berupa kompetensi maupum hasil karya lama-lama pasti akan menjemukan juga bila tidak disertai dengan program pengembangan . Maka alternatif pengembangan program keunggulan lokal di SD Negeri 02 Selokaton adalah sebagai berikut :
  1. Kemandirian siswa dalam praktek membatik tanpa harus selalu didampingi oleh tenaga ahli tetapi cukup dari tenaga guru yang ada .
  2. Lomba membatik pada kegiatan jeda semester untuk memotivasi kreatifitas dan inovasi siswa dalam menuangkan ide dalam karya batik .
  3. Pengembangan pewarnaan batik dengan bahan alami .
  4. Mengadakan kunjungan industri untuk menambah wawasan dan motivasi guru dan siswa untuk pengembangan di sekolah dan kegiatan ini sudah kami laksanakan dengan berkunjung ke Kampung Batik Laweyan Surakarta .
  5. Mewakili kabupaten karanganyar dalam festival seni siswa nasional dalam cabang batik yang saat selama 3 tahun berturut-turut dipegang oleh siswa SDN 01 Kragan yang juga hasil rintisan saya selama saya mengampu disana yang saat ini telah menjadi Rintisan Sekolah Berbasis Keunggulan Lokal ( RSMBKL ) binaan LPMP Jawa Tengan .
  6. Mengadakan even pameran dan basar produk karya siswa .
  7. Menjalin kerja sama dengan dunia usaha dan industri yang arahnya pada pemasaran hasil karya siswa .


BAB III
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI OPERASIONAL

A. Rumusan Simpulan .
          Dalam merintis sekolah berbasis keunggulan lokal diperlukan beberapa langkah-langkah sebagai berikut :
1.       Analisis potensi daerah dan potensi sekolah,
2.       Penentuan Program Berbasis Keunggulan Lokal ( PBKL )
3.       Penentuan kompetensi yang diharapkan dicapai peserta didik, dan
4.       Pengintegrasian substansi PBKL ke dalam SK/KD mata pelajaran beserta indikator yang dikembangkan. 
Secara khusus Program Berbasis Keunggulan Lokal ( PBKL ) di SD, bertujuan agar peserta didik :
1.       mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan budaya daerah dimana siswa berada;
2.       memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan mengenai lingkungan daerah
       yang berguna bagi dirinya, masyarakat dan negara;
3.      memiliki wawasan tentang potensi keunggulan lokal (daerah)
4.      memiliki sikap dan perilaku (karakter) yang selaras dengan nilai-Nilai /aturan yang berlaku di daerah, serta melestarikan danmengembangkan nilai-nilai luhur budaya daerah dalam rangka menunjang pembangunan nasional;
5.      berpartisipasi dalam pembangunan masyarakat dan pemerintah daerah.
Dalam menganalisis potensi eksternal dan internal, sekolah perlu membentuk tim . Untuk efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan PBKL, dalam menentukan program dan kompetensi PBKL, antara mata pelajaran satu dengan lainnya harus saling mengaitkan. Dengan demikian, satu program PBKL dapat dilaksanakan oleh dua atau lebih mata pelajaran yang KD-nya dapat dikaitkan. Dengan demikian, ketika melaksanakan pembelajaran PBKL nantinya sekolah dapat melaksanakan pembelajaran proyek di luar sekolah dengan waktu yang lebih panjang karena menggunakan gabungan jam pembelajaran beberapa mata pelajaran. Dengan melakukan analisis yang cermat dan teliti, menentukan program PBKL yang sesuai, dan menyiapkan segala perangkat pembelajaran PBKL, diharapkan sekolah akan dapat menyelenggarakan pembelajaran PBKL dengan mudah dan memperoleh hasil sebagaimana yang diharapkan.
B. Rekomendasi Operasional .
1. Rekomendasi untuk kedinasan, sekolah berbasis keunggulan lokal ini bisa diterapkan pada setiap sekolah dengan didahului langkah-langkah seperti pada kesimpulan di atas dengan dukungan dari dinas.
2. Rekomendasi terhadap lembaga pendidikan, masing-masing sekolah dapat mengangkap potensi daerah yang menjadi keunggulan lokal sehingga tiap sekolah mempunyai keunikan tersendiri. Dalam kegiatan ini dapat memacu kreatifitas dan mengangkat potensi daerah yang ada yang berwawasan dunia usaha dan dunia industri.
3. Rekomendasi terhadap komite, sekolah dapat menjalin hubungan baik terhadap lingkungan sekitar dan menanamkan pada diri peserta didik rasa cinta akan kekayaan budaya tradisional Indonesia terutama dunia batik .
4. Masyarakat, dapat menambah khasanah pengetahuan budaya tradisional Indonesia terutama dunia batik memberi sumbangan dalam rangka perintisan penanggulangan kenakalan remaja dan pengangguran .

DAFTAR PUSTAKA
Buchari Alma.2006,Kewirausahaan untuk mahasiswa dan umum: Menumbuhkan Jiwa Wirausaha bagi Mahasiswa dan Masyarakat Indonesia. Bandung : CV Alfabeta
Pusat Kurikulum Balitbang Kemendiknas. 2010.  Pengembangan Pendidikan Kewirausahaan; Bahan Pelatihan  Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan Karakter Bangsa. Jakarta.
Tim Dosen Administrasi pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. 2008. Manajemen Pendidikan. Bandung : Penertbit Alfabeta.
Zimmerer,Thomas W, Norman Scarborough.1996.Entrepreneurship The New Venture Formation. Prince-Hall International,Inc.


LAMPIRAN KEGIATAN KEUNGGULAN LOKAL

Rabu, 01 April 2015

SELEKSI KEPALA SEKOLAH BERPRESTASI 
KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2015











memimpin lembaga dengan OLPOSAN


MEMIMPIN LEMBAGA DENGAN OPLOSAN
Warsito,Kepala SDN 02 Selokaton Kec.Gondangrejo Kab.Karanganyar

                      
Dalam suatu lembaga pasti selalu menetapkan apa yang dinamakan visi dan misi lembaga tersebut. Dimana visi adalah suatu gambaran kedepan yang akan dicapai dari suatu lembaga tersebut sedangkan  misi adalah suatu langkah-langkah yang akan dilakukan dalam rangka mencapai visi yang telah ditetapkan. Visi dan misi suatu lembaga sering tertulis jelas pada papan-papan, dinding-dinding strategis pada lembaga tersebut dan juga pada program-program yang dibuat pada lembaga tersebut baik pada program kerja lembaga, program tahunan , dan bahkan pada  program-program yang lain. Visi pada setiap lembaga hampir semua terbaca indah dan mengesankan, namun apakah output dari lembaga tersebut sudah sesuai dengan visi yang telah ditetapkan.
Diperlukan seorang pemimpin yang mempunyai kompetensi yang benar-benar cakap dibidangnya. Namun  bila terjadi pada suatu lembaga kebetulan dipimpin seorang yang mempunyai jiwa kepemimpinan namun sang pemimpin memimpin pada lembaga yang bukan pada bidang keahliannya, apa yang harus dilakukannya ? Kekurang berhasilan suatu lembaga pendidikan dalam menjalankan program salah satunya adalah pimpinan lembaga kurang memahami dan kurang mendapat penguatan kompetensi dalam mengelola suatu lembaga pendidikan. Maka dalam hal ini penulis  menulis OPLOSAN yang dapat membantu para pemimpin lembaga dalam membawa lembaga yang dipimpinnya mewujudkan visi dan misinya. Lalu apa itu Oplosan ? Bagaimana seorang pemimpin dapat membawa lembaga yang dipimpinnya mencapai visi dan misinya dengan oplosan ?
Membaca atau mendengar kata OPLOSAN yang ada dipikiran kita adalah bahwa itu adalah sebuah judul lagu atau bahkan jenis ramuan minuman beralkohol ( minuman keras ) yang telah banyak memakan korban meninggal dunia. Namun OPLOSAN yang penulis maksud disini bukan keduanya yang telah disebut di atas. Mari kita simak dan kita nikmati OPLOSAN bersama-sama. Oplosan yang penulis maksud adalah:

OPLOSAN : Organizing (pengorganisasian) ; Planing  (perencanaan) ; Learning Organization ( Organisasi belajar ) ; orientation authentic assessment ( Orientasi Penilaian Otentik ); Saintifik ( Ilmiah ) ; analysis ( Analisis ); Norm ( Norma).

Dari uraian di atas akan penulis uraikan satu persatu tentang arti dan bagaimana penerapannya pada perencanaan dan pelaksanaan sebuah program agar berhasil sesuai dengan tujuan.

A. Organizing (pengorganisasian)

            Pengorganisasian berasal dari kata organism (organisme) yang merupakan sebuah aktifitas dengan bagian-bagian yang terintegrasi sedemikian rupa sehingga hubungan mereka satu sama lain dipengaruhi oleh hubungan mereka terhadap keseluruhan. Dalam hal ini juga merupakan sebuah proses penentuan, pengelompokan, dan pengaturan bermacam-macam aktifitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orang - orang pada setiap aktifitas, menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan aktifitas-aktifitas tersebut. Secara umum pengorganisasian dapat diartikan sebagai suatu langkah untuk merancang struktur formal, menetapkan, menggolongkan dan mengatur bebagai macam kegiatan, menetapkan tugas-tugas pokok, wewenang dan pendelegasian wewenang oleh pimpinan kepada staf dalam rangka mencapai tujuan organisasi dengan efisien.
            Secara sederhana organisasi memiliki tiga unsur, yaitu ada orang, ada kerjasama, dan ada tujuan bersama. Tiga unsur organisasi itu tidak berdiri sendiri-sendiri, akan tetapi saling kait atau saling berhubungan sehingga merupakan suatu kesatuan yang utuh.
Dalam hal ini seorang pemimpin lembaga ( kepala sekolah ) dituntut untuk dapat dan mahir dalam menentukan dan merancang struktur organisasi yang merupakan perwujudan pola tetap hubungan-hubungan di antara fungsi-fungsi, bagian-bagian atau posisi, maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukkan, tugas wewenang dan tanggungjawab yang berbeda-beda dalam suatu satuan kerja. Struktur ini mengandung unsur-unsur spesialisasi kerja, standarisasi, koordinasi, sentralisasi, atau desentralisasi dalam pembuatan keputusan dan besaran(ukuran) satuan kerja.
            Suatu kekuatan yang sangat diperlukan pimpinan lembaga ( kepala sekolah ) disini adalah sejauh mana dia dapat menyatukan arah, tujuan, semangat, motivasi, dan komitmen para tenaga yang ada dalam berjuang mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama. Dan itu ditunjukan dalam bentuk pengorgaisasian yang telah disusunnya dan terjadi koordiansi dan kerja sama yang baik antara satuan-satuan kerja di lembaga yang dipimpinnya.
B. Planing  (perencanaan)
            Perencanaan tidak lain merupakan kegiatan untuk menetapkan tujuan yang akan dicapai beserta cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut Pada dasarnya yang dimaksud dengan perencanaan yaitu memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan apa ( what ) siapa ( Who ) kapan (When) dimana ( When ) mengapa ( why ) dan bagaimana ( How ) jadi perencanaan yaitu fungsi seorang manajer yang berhubungan dengan pemilihan dari sekumpulan kegiatan-kegiatan dan pemutusan tujuan-tujuan, kebijaksanaan-kebijaksanaan serta program-program yang dilakukan.
Untuk itu diperlukan perencanaan Strategis ( Strategic Planning ).  Perencanaan Strategis ( Strategic Planning)  adalah sebuah alat manajemen yang digunakan untuk mengelola kondisi saat ini untuk melakukan proyeksi kondisi pada masa depan, sehingga rencana strategis adalah sebuah petunjuk yang dapat digunakan organisasi dari kondisi saat ini untuk mereka bekerja menuju 5 sampai 10 tahun ke depan. Maka untuk dapat menyusun suatu perencanaan strategis yang baik diperlukan unsur-unsur yang harus diterapkan dalam peyusunan suatu perencanaan yang diantaranya adalah :
1.  Tindakan apa yang harus dikerjakan
2. Apa sebabnya tindakan tersebut harus dilakukan
3. Dimana tindakan tersebut dilakukan
4. Kapan tindakan tersebut dilakukan
5. Siapa yang akan melakukan tindakan tersebut
6. Bagaimana cara melaksanakan tindakan tersebut.
C. Learning Organization ( Organisasi belajar )
Beardwell dan Holden (2001) mendefinisikan organisasi belajar sebagai suatu organisasi yang memfasilitasikan pembelajaran bagi seluruh anggotanya dan mentransformasikan secara sadar dalam konteks organisasi.
Sedangkan Karakteristik organisasi belajar memiliki unsur-unsur yang berbeda dengan organisasi tradisional seperti di bawah ini:
Karakteristik Organisasi Belajar
Karakteristik
Organisasi Tradisional
Organisasi Belajar
Siapa yang belajar?
Para manajer/pegawai yang ditunjuk
Seluruh manajer/pegawai dari semua unit kerja
Siapa yang mengajar?

Pelatih atau nara sumber dari luar
Atasan langsung, pelatih dan nara sumber
Siapa yang ber- tanggungjawab ?
Departemen Diklat

Setiap manajer/pegawai

Piranti belajar yang digunakan?
Kursus, magang, pelatihan formal, bimbingan, rencana pelatihan
Kursus, magang, rencana belajar, tim, mitra kerja, ukuran kinerja, refleksi pribadi
Kapan belajar?
Ketika dibutuhkan, saat orientasi atau sesuai kebutuhan
Sepanjang hayat, untuk jangka panjang

Kompetensi apa yang dipelajari?
Teknik

Teknis dan manajerial, hubungan pribadi, bagaimana belajar
Dimana belajar?

Ruang kelas, tempat kerja

Ruang rapat, saat melakukan pekerjaan, di mana saja
Waktu?
Untuk saat ini sesuai kebutuhan
Untuk masa yang akan datang

Motivasi?
Ekstrinsik dan terpaksa
Intrinsik dan semangat
Sumber: Braham, 2003
Peran dan tanggungjawab pemimpin menjadi kunci keberhasilan bagi implementasi organisasi belajar dalam meningkatkan kinerja manajemen.
Organisasi belajar dan pengembangan yang diimplementasikan secara terpadu dapat memberikan manfaat yang besar bagi organisasi dan pegawai sebagai berikut:
Manfaat Organisasi Belajar dan Pengembangan
Manfaat Bagi Organisasi
Manfaat Bagi Pegawai
Lingkungan kerja kondusif
Lingkungan dinamis dan proaktif
Karyawan yang kompeten
Belajar seumur hidup
Komitmen pegawai
Kepuasan kerja
Sinergi
Partisipasi lebih besar
Mencapai sasaran dan target
Kesempatan yang sama
Meningkatkan produktivitas dan kinerja
Perbaikan kepercayaan diri
Pertumbuhan berkelanjutan
Kompensasi dan imbalan lebih besar
Perbaikan rencana suksesi dan karir
Semangat kewirausahaan
Meningkatkan kapabilitas organisasi
Perbaruan organisasi dan kesiapan bersaing
Kesiapan pengembangan
Mengatasi depresi pegawai
Sumber: Gilley & Maycunich, 2000,
D. Orientation authentic assessment ( Orientasi Penilaian Otentik )
 Hakikat penilaian pendidikan menurut konsep authentic assesment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran dengan benar.
Tujuan penilaian otentik itu sendiri adalah untuk: 1) menilai kemampuan individu melalui tugas tertentu, 2) menentukan kebutuhan pembelajaran, 3) membantu dan mendorong siswa, 4) membantu dan mendorong guru untuk mengajar yang lebih baik, 5) menentukan strategi pembelajaran, 6) akuntabilitas lembaga, dan 7) meningkatkan kualitas pendidikan (Depdiknas. (2007).
Pada pelaksanaannya penilaian otentik ini dapat menggunakan berbagai jenis penilaian diantaranya adalah: 1) tes standar prestasi, 2) tes buatan guru, 3) catatan kegiatan, 4) catatan anekdot, 5) skala sikap, 6) catatan tindakan, 7) konsep pekerjaan, 8) tugas individu, 9) tugas kelompok atau kelas, 10) diskusi, 11) wawancara, 12) catatan pengamatan, 13) peta perilaku, 14) portofolio, 15) kuesioner, dan 16) pengukuran sosiometri.
E. Saintifik ( Ilmiah )
Pendekatan saintifik (scientific) disebut juga sebagai pendekatan ilmiah. Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas suatu atau beberapa fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik.Karena itu, metode ilmiah umumnya memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi atau ekperimen, mengolah informasi atau data, menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis.
Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut ini.
Pertama: Pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu dengan yang lain dari substansi atau materi pembelajaran.
Kedua: Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau nilai-nilai nonilmiah yang meliputi intuisi, akal sehat, prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal berpikir kritis.

F. analysis ( Analisis )
Pada dasarnya analisis merupakan kelanjutan dari proses evaluasi dari suatu kegiatan pembelajaran. Untuk hasil dari suatu kegiatan evaluasi harus dapat memberi informasi tentang:
  1. Evaluasi memberi arti pada proses belajar dan memberi arah baru pada pelajar.
  2. Bila tujuan dikaitkan dengan evaluasi maka peran evaluasi begitu penting bagi pelajar.
  3. Latihan penilaian guru dapat mempengaruhi bagaimana pelajar terlibat dalam evaluasi dan belajar.
  4. Evaluasi terhadap kemajuan pencapaian tujuan akan lebih mantap bila guru dan murid saling bertukar dan menerima pikiran, perasaan dan pengamatan.
  5. Kekurangan atau ketidaklengkapan evaluasi dapat mengurangi kemampuan guru dalam melayani muridnya. Sebaliknya evaluasi yang menyeluruh dapat memperkuat kemampuan pelajar untuk menilai dirinya.
  6. Jika tekanan evaluasi guru diberikan terus menerus terhadap penampilan siswa, pola ketergantungan penghindaran dan kekerasan akan berkembang.
  7. Kelompok teman sebaya berguna dalam evaluasi.
Analisis adalah merangkum sejumlah data yang masih mentah menjadi informasi yang dapat diinterpretasikan. Kategorisasi juga merupakan bentuk analisis untuk membuat data-data tersebut mudah diatur. Semua bentuk analisis berusaha menggambarkan pola-pola secara konsisten dalam data sehingga hasilnya dapat dipelajari dan diterjemahkan dengan cara yang singkat dan penuh arti. Hal ini adalah suatu langkah/aktivitas yang memuat sejumlah kegiatan seperti mengurai, membedakan, memilah sesuatu untuk digolongkan dan dikelompokkan kembali menurut kriteria tertentu kemudian dicari kaitannya dan ditaksir maknanya.
Tindak lanjut remedial dan pengayaan dilakukan atas dasar analisis hasil evaluasi perorangan. Pendidik juga perlu melakukan analisis pencapaian kompetensi kelas, dan menemukan sebab-sebab yang mempengaruhi ketidaktercapaian ketuntasan minimal yang telah ditetapkan. Misalnya, kurangnya jam belajar yang tersedia, kurangnya sarana prasarana, suasana belajar yang kurang kondusif dan sebagainya yang bisa  ditindaklanjuti dengan kebijakan sekolah maupun pemerintah daerah.

G. Norm ( Norma)

Norma adalah tolok ukur/alat untuk mengukur benar salahnya suatu sikap dan tindakan manusia. Normal juga bisa diartikan sebagai aturan yang berisi rambu-rambu yang menggambarkan ukuran tertentu, yang di dalamnya terkandung nilai benar/salah. Norma yang berlaku dimasyarakat Indonesia ada lima, yaitu (1) norma agama, (2) norma susila, (3) norma kesopanan, (4) norma kebiasan, dan (5) norma hukum, disamping adanya norma-norma lainnya.
Ada hubungan yang erat antara nilai dan norma. Norma yang ada dalam masyarakat merupakan perwujudan dari nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat tersebut. Jika nilai adalah sesuatu yang baik, diinginkan, dan dicita-citakan oleh masyarakat, norma merupakan aturan bertindak atau berbuat yang dibenarkan untuk mewujudkan cita-cita tersebut.. Oleh karena norma sosial merupakan ukuran untuk berperilaku agar individu dapat menyesuaikan diri dengan norma yang telah di sepakati, maka diperlukan adanya sanksi bagi individu yang melanggar norma.
Dalam masyarakat dikenal beberapa norma yang mengatur pola perilaku setiap individu, yaitu sebagai berikut.
1.      Norma tidak tertulis (informal) adalah norma yang dilakukan masyarakat dan telah melembaga, lambat laun akan berupa peraturan tertulis walaupun sifatnya tidak baku dan bergantung pada kebutuhan saat itu di masyarakat.
2.      Norma tertulis (formal) adalah norma yang biasanya dalam bentuk peraturan atau hukum yang telah dibakukan dan berlaku di masyarakat. Norma ini disebut juga peraturan atau hukum.
Jika dikaitkan dengan kekuatan mengikatnya, norma kesopanan dapat dikategorikan ke dalam cara dan kebiasaan. Adapun norma kesusilaan dapat dikategorikan ke dalam tata kelakuan. Norma hukum tertulis adalah undang-undang yang dibuat sengaja oleh lembaga pembuat undang-undang. Adapun yang tidak tertulis dapat dikategorikan ke dalam adat istiadat. Di antara kelima norma tersebut yang paling tegas sanksinya adalah pelanggaran terhadap norma hukum. Untuk hal ini,maka dalam memimpin suatu lembaga seorang pemimpin dituntut untuk dapat menjadi suri teladan dalam berperilaku sesuai dengan norma yang berlaku dan dapat mengkondisikan suasana lembaganya berjalan sesuai norma yang berlaku. Semoga membawa manfaat .