JIWA INTERPRENEURSHIP KEPALA
SEKOLAH TERLIHAT DALAM PROGRAM
YANG
DITERAPKAN DI SEKOLAH YANG DI PIMPINNYA
Oleh : WARSITO
Kepala SD Negeri
02 Selokaton kecamatan Gondangrejo Kabupaten Karanganyar
Individu yang berjiwa entrepreneur (wirausaha atau usahawan) diidentikkan
dengan individu yang berpikir out of the box.
Dialah manusia yang siap berlari kencang ketika kesempatan datang. Berkat daya
tarik dalam dirinya, dia selalu berkata pada dirinya sendiri: “Saya bisa!”
Berititik tolak dari hal di atas maka,
jiwa entrepreneurs bukan semata-mata ditafsirkan secara sederhana oleh sebagian
orang yakni jiwa dagang, yang tujuan akhirnya semata-mata UUD atau
“Ujung-Ujungnya Duit”. Tapi yang benar adalah jiwa entrepreneur identik
dengan daya kreativitas, berfikir positif, bersemangat tinggi, tidak cepat
mengeluh, dan tidak mudah menyerah pada keadaan, serta memiliki
produktivitas konstruktif, sehingga senatiasa berpikir inovatif untuk
mendapatkan income yang bermanfaat bagi dirinya dan orang
lain. Seseorang yang memiliki
karakter wirausaha selalu tidak puas dengan apa yang telah dicapainya. Menurut
Norman M. Scarborough dan Thomas W. Zimmerer (1993:5), “An entrepreneur
is one who creates a new business in the face of risk and uncertainty for the
purpose of achieving profit and growth by identifying opportunities and
asembling the necessary resources to capitalze on those opportunities”. Wirausahawan
adalah orang-orang yang memiliki kemampuan melihat dan menilai
kesempatan-kesempatan bisnis; mengumpulkan sumber daya-sumber daya yang
dibutuhkan untuk mengambil tindakan yang tepat, mengambil keuntungan serta
memiliki sifat, watak dan kemauan untuk mewujudkan gagasan inovatif kedalam
dunia nyata secara kreatif dalam rangka meraih sukses/meningkatkan pendapatan.
Kewirausahaan (entrepreneurship) muncul apabila
seseorang individu berani mengembangkan usaha-usaha dan ide-ide barunya. Proses
kewirausahaan meliputi semua fungsi, aktivitas dan tindakan yang berhubungan
dengan perolehan peluang dan penciptaan organisasi usaha (Suryana, 2001).
Esensi dari kewirausahaan adalah menciptakan nilai tambah di pasar melalui
proses pengkombinasian sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda agar dapat
bersaing. Dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan adalah nilai-nilai yang
membentuk karakter dan perilaku seseorang yang selalu kreatif berdaya,
bercipta, berkarya dan bersahaja dan berusaha dalam rangka meningkatkan
pendapatan dalam kegiatan usahanya. Meredith dalam Suprojo Pusposutardjo(1999),
memberikan ciri-ciri seseorang yang memiliki karakter wirausaha sebagai
orang yang (1) percaya diri, (2) berorientasi tugas dan hasil, (3) berani
mengambil risiko, (4) berjiwa kepemimpinan, (5) berorientasi ke depan, dan
(6) keorisinalan.
Yang
menjadi menjadi pertanyaan disini adalah bagaimana menanamkan pendidikan
kewirausaan ini diterapkan di sekolah . Pada dasarnya, pendidikan kewirausahaan
dapat diimplementasikan secara terpadu dengan kegiatan-kegiatan pendidikan di
sekolah. Pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dilakukan oleh kepala sekolah,
guru, tenaga kependidikan (konselor), peserta didik secara bersama-sama sebagai
suatu komunitas pendidikan. Pendidikan kewirausahaan diterapkan ke dalam
kurikulum dengan cara mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan di sekolah yang
dapat merealisasikan pendidikan kewirausahaan dan direalisasikan peserta didik
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, program pendidikan
kewirausahaan di sekolah dapat diinternalisasikan melalui berbagai aspek.
1.Pendidikan Kewirausahaan Terintegrasi Dalam
Seluruh Mata Pelajaran .
Langkah ini dilakukan dengan cara
mengintegrasikan nilai-nilai kewirausahaan ke dalam pembelajaran di seluruh
mata pelajaran yang ada di sekolah. Langkah pengintegrasian ini bisa dilakukan
pada saat menyampaikan materi, melalui metode pembelajaran maupun melalui
sistem penilaian. Nilai-nilai pokok kewirausahaan yang diintegrasikan ke semua
mata pelajaran pada langkah awal ada 6 (enam) nilai pokok yaitu: mandiri,
kreatif pengambil resiko, kepemimpinan, orientasi pada tindakan dan kerja keras.
2.Pendidikan Kewirausahaan yang Terpadu Dalam
Kegiatan Ekstra Kurikuler.
Visi kegiatan ekstra kurikuler adalah
berkembangnya potensi, bakat dan minat secara optimal, serta tumbuhnya
kemandirian dan kebahagiaan peserta didik yang berguna untuk diri sendiri, keluarga
dan masyarakat. Misi ekstra kurikuler adalah (1) menyediakan sejumlah kegiatan
yang dapat dipilih oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat,
dan minat mereka; (2) menyelenggarakan kegiatan yang memberikan kesempatan
peserta didik mengespresikan diri secara bebas melalui kegiatan mandiri dan
atau kelompok.
3. Pendidikan Kewirausahaan Melalui
Pengembangan Diri
Pengembangan diri secara khusus bertujuan
menunjang pendidikan peserta didik dalam mengembangkan: bakat, minat,
kreativitas, kompetensi, dan kebiasaan dalam kehidupan, kemampuan kehidupan
keagamaan, kemampuan sosial, kemampuan belajar, wawasan dan perencanaan karir,
kemampuan pemecahan masalah, dan kemandirian. . Dalam program pengembangan
diri, perencanaan dan pelaksanaan pendidikan kewirausahaan dapat dilakukan
melalui pengintegrasian kedalam kegiatan sehari-hari sekolah misalnya
kegiatan ‘business day’ (bazar, karya peserta didik, dll)
4. Perubahan Pelaksanaan
Pembelajaran Kewirausahaan dari Teori ke Praktik
Dengan cara ini, pembelajaran kewirausahaan
diarahkan pada pencapaian tiga kompetansi yang meliputi penanaman karakter
wirausaha, pemahaman konsep dan skill, dengan bobot yang lebih besar pada
pencapaian kompetensi jiwa dan skill dibandingkan dengan pemahaman konsep. Salah
satu contoh model pembelajaran kewirausahaan yang mampu menumbuhkan karakter
dan perilaku wirausaha dapat dilakukan dengan cara mendirikan kantin
kejujuran, dsb.
5. Pengintegrasian Pendidikan
Kewirausahaan ke dalam Bahan/Buku Ajar
Banyak guru yang mengajar dengan semata-mata
mengikuti urutan penyajian dan kegiatan-kegiatan pembelajaran (task)
yang telah dirancang oleh penulis buku ajar, tanpa melakukan adaptasi yang
berarti. Penginternalisasian nilai-nilai kewirausahaan dapat dilakukan ke dalam
bahan ajar baik dalam pemaparan materi, tugas maupun evaluasi.
6. Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan
melalui Kutur Sekolah
Pengembangan nilai-nilai dalam pendidikan
kewirausahaan dalam budaya sekolah mencakup kegiatan-kegiatan yang dilakukan
kepala sekolah, guru, konselor, tenaga administrasi ketika berkomunikasi dengan
peserta didik dan mengunakan fasilitas sekolah, seperti kejujuran, tanggung
jawab, disiplin, komitmen dan budaya berwirausaha di lingkungan sekolah
(seluruh warga sekolah melakukan aktivitas berwirausaha di lingkungan sekolah).
7. Pengintegrasian Pendidikan Kewirausahaan
melalui Muatan Lokal
Pelajaran muatan lokal harus memuat
karakteristik budaya lokal, keterampilan, nilai-nilai luhur budaya setempat dan
mengangkat permasalahan sosial dan lingkungan yang pada akhirnya mampu
membekali peserta didik dengan keterampilan dasar (life skill) sebagai bekal
dalam kehidupan sehingga dapat menciptakan lapangan pekerjaan. Contoh anak yang
berada di ingkungan sekitar pantai, harus bisa menangkap potensi lokal
sebagai peluang untuk mengelola menjadi produk yang memiliki nilai tambah, yang
kemudian diharapkan anak mampu menjual dalam rangka untuk memperoleh
pendapatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar