Mindset Kurikulum 2013 ( lanjutan )
Dalam pengertian sederhana mindset adalah pola pikir
seseorang yang mendasari perilaku atau tindakannya sehari-hari. Tindakan
seseortang dalam kehidupan sehari-hari dibedakan dalam dua bagian yaitu
conscious dan unconscious. Conscious adalah tindakan yang dilakukan secara
sadar sedangkan unconscious adalah kebalikan dari conscious . Conscious
dikerjakan oleh alam sadar manusia dan unconscious oleh alam bawah sadar .
Mindset itu terbentuk karena ada tindakan atau kegiatan yang dilakukan secara
berulang-ulang .Untuk melakukan perubahan mindset kita harus membentuk
kebiasaan baru yang dilakukan secara kontinyu. Setiap orang yang ingin berubah
berarti ia harus mengganti mindsetnya terlebih dahulu . Mengganti mindset
berarti berpindah dari satu mindset ke mindset yang lain. Hal ini sangat
penting karena dengan demikian mengganti mindset dapat diartikan memasuki dunia
atau permainan baru dengan segala aturan barunya .
Apa pun di sekitar kita selalu berubah. Hal ini berarti perubahan itu selalu terjadi.
Bila lingkungan berubah dan kita tidak mengikuti perubahan, maka kita
sesungguhnya sedang membiarkan diri dari perubahan.
Pendidikan di Indonesia saat ini menghadapi
beberapa tantangan antara lain adalah pemerataan, mutu dan relevansi.
Pemerataan berkaitan dengan belum meratanya pelayanan pendidikan yang diberikan
oleh pemerintah untuk seluruh anak usia sekolah
di Indonesia. Mutu pendidikan
terkait dengan kualitas dan komptensi lulusan yang masih belum setara bila
dibandingkan lulusan pendidikan dari negara-negara maju. Selain itu lulusan
pendidikan belum sepenuhnya mampu membangun kemandirian bangsa, menciptakan
ilmu dan teknologi yang modern. Relevensi pendidikan terkait dengan kesesuaian antar isi kurikulum
dan pembelajaran dengan komptensi lulusan dengan dunia usaha dan dunia indutri.
Berkaitan
dengan hal tersebut, dalam rangka meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan
dengan perubahan lingkungan global, maka pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengambil kebijakan dengan
mengembangkan kurikulum sekolah dari KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
dengan kurikulum baru yang disebut dengan kurikulum tahun 2013.
Berubahnya
kurikulum sekolah dari KTSP menjadi
kurikulum 2013, akan membawa perubahan dalam pengelolaan sekolah. Oleh
karena itu kepala sekolah sebagai pimpinan setiap satuan pendidikan harus
memahami manajemen perubahan dan mampu mengelola perubahan agar kinerja sekolah
dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 tercapai pada gradasi yang tinggi.
Supaya perubahan itu dapat terlaksana secara efektif
dan efisien dan menemukan bentuk seperti yang diharapkan, maka perubahan itu perlu dikelola dengan baik. Mengelola perubahan itu untuk selanjutnya
dinamakan manajemen perubahan.
a. Tujuan Umum
Setelah mengikuti pelatihan kepala sekolah mampu mengelola sumber daya
yang sekolah miliki secara efektif dalam menjamin terwujudnya keunggulan
pemenuhan standar kompetensi lulusan pada melaksanakan kurikulum 2013 melalui
penerapan manajemen perubahan di sekolah.
b. Indikator
Pencapaian
1)
Sikap
a)
Bersikap
positif terhadap perubahan (mengurangi resistensi)
b)
Meningkatnya
daya inisiatif dalam melakukan perubahan.
c)
Meningkatnya
motivasi
d)
Berinsiatif
dengan harapan yang tinggi
2) Pengetahuan
a) Mendiskusikan makna manajemen perubahan
b) Membandingkan kondisi nyata dan kondisi yang
diharapkan
c) Merancang strategi perubahan manajemen sekolah
3)
Keterampilan
a) Mengarahkan perubahan
b) Memantau keterlaksanaan dan keberhasilan perubahan
c) Melakukan perbaikan proses perubahan.
d) Menerapkan teknik memantau dalam merealisasikan
kurikulum 2013
e) Mengidentifikasi data yang diperlukan untuk melakukan
perbaikan proses
perubahan
C. Ruang Lingkup
Materi Manajemen Perubahan
Konsep dan
implementasi manajemen perubahan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
kurikulum 2013 tingkat satuan pendidikan;
1) Data tentang
tindakan kepala sekolah dalam pelaksanaan KTSP.
2) Data
keberhasilan kepala sekolah dalam melaksanakan manajemen perubahan pada penerapan KTSP.
3) Definisi
manajemen perubahan.
4) Analisis
penyebab keberhasilan penerapan manajemen perubahan pada penerapan kurikulum
terdahulu.
5) Identifikasi
perubahan dalam pelaksanaan kurikulum 2013.
6) Alternatif
program manajemen perubahan pada penerapan kurikulum 2013.
7) Prioritas
rencana tindakan dalam implementasi manajemen perubahan meliputi;
a)
Tujuan dan indikator pencapaian
b)
Ruang lingkup perubahan
c)
Strategi perubahan
d)
Penentuan batas waktu
e)
Peningkatan dukungan
f)
Pertimbangan resiko
g)
Penyiapan sumber daya
8) Pengukuran
keberhasilan proses dan output perubahan.
Dalam
Kurikulum 2013 semuanya mengalami perubahan. Mulai dari sistem pengajaran,
buku,
kinerja guru, dan lain sebagainya. Namun, hal yang paling diutamakan
dalam implementasi
kurikulum 2013 adalah mindset guru harus
diubah. Jika mindset belum
diubah, percuma saja
kurikulum 2013 diimplementasikan. Pasalnya, penerapan
kurikulum 2013 dengan kurikulum sebelumnya
yaitu 2006 (KTSP) sangatlah berbeda.
Kurikulum 2013 menjadi model baru, seorang guru yang bukan
menyuapin ke
muridnya seperti menulis di papan tulis dan muridnya menulis, tetapi sebaliknya
justru murid
lah yang aktif belajar dan tidak disuapin lagi oleh guru
Mindset guru harus diubah, seorang guru yang
profesional harus ada
tuntutan, karena ketika ada masalah baru dan guru-guru jangan menunggu tapi
mencari, seorang guru yang baik harus berusaha. Perubahan mindset merupakan
faktor pertama yang harus
disentuh sebelum sebuah kebijakan diberlakukan. Yang
jelas dalam kurikulum 2013, guru adalah fasilitator.
Guru adalah desain
pembelajaran. Pusat pembelajaran ada pada peserta didik. Guru harus mendorong
peserta didik menjadi lebih kreatif dan mandiri. Peserta didik mampu belajar
sendiri.
Tidak mudah memang merubah
mindset guru kearah kurikulum 2013 , namun ini harus dilakukan dan diterapkan
sebagai seorang guru yang profesional . Mendidik ibarat menanam pohon. Pertama
harus menyiapkan lahan, kedua menggali, kemudian menanam, terus menyiram dan
merawat. Artinya guru harus menyiapkan bukan saja materi tapi mengetahui
kesiapan peserta didik, kemudian harus menggali potensi peserta didik. Dengan
demikian guru dapat memberikan pembelajaran sesuai kebutuhan peserta didik.
Selanjutnya guru tidak berhenti disutu. Ia harus membimbing karakternya
sehingga peserta didik dapat mandiri, menemukan sendiri, dan mengevaluasi hasil
kerjanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar