EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS II SDN 01
KRAGAN KECAMATAN GONDANGREJOKAB. KARANGANYAR
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Program pengajaran merupakan suatu rencana pengajaran
sebagai panduan bagi guru atau pengajar dalam melaksnakan pengajaran. Agar
pengajaran bisa berjalan dengan efektif dan efisien, maka perlu kiranya dibuat
suatu program pengajaran. Program pengajaran yang dibuat oleh guru tidak
selamanya bisa efektif dan dapat dilaksanakan dengan baik, oleh karena itulah
agar program pengajaran yang telah dibuat yang memiliki kelemahan tidak terjadi
lagi pada program pengajaran berikutnya, maka perlu diadakan evaluasi program
pengajaran. Dalam kerangka dasar dan struktur kurikulum yang dikeluarkan
.Badan Standar Nasional Pendidikan, dijelaskan bahwa untuk kelas I, II, dan
III SD pembelajaran dilaksanakan melalui pendekatan
tematik. Mata pelajaran yang harus dicakup adalah (1) pendidikan agama, (2)
pendidikan kewarganegaraan, (3) bahasa Indonesia, (4) matematika, (5) ilmu
pengetahuan alam, (6) ilmu pengetahuna sosial, (7) seni budaya dan
keterampilan, dan (8) pendidikan jasmani, olah raga dan kesehatan.Dalam
pembelajaran tematik, standar kompetensi dan kompetensi dasar yang termuat
dalam standar isi harus dapat tercakup seluruhnya karena sifatnya masih
minimal. Sesuai dengan petunjuk pengembangan kurikulum
tingkat satuan pendidikan (KTSP), standar itu dapat diperkaya dengan muatan local
atau ciri khas satuan pendidikan yang bersangkutan.
Salah satu upaya kreatif dalam melaksanakan pembelajaran yang menggunakan kurikulum berbasis kompetensi di
sekolah dasar adalah melakukan pembelajaran tematik. Pembelajaran model ini
akan lebih menarik dan bermakna bagi anak karena model pembelajaran ini
menyajikan tema-tema pembelajaran yang lebih aktual dan kontekstual dalam kehidupan sehari-hari. Namun demikian masih banyak
pihak yang belum memahami dan mampu menerapkan model ini secara baik. Untuk
menentukan seberapa jauh target program sudah tercapai, yang menjadikan tolak
ukur adalah tujuan yang sudah dirumuskan dalam tahap perencanaan kegiatan
sebelumnya. Sasaran evaluasi adalah untuk mengetahui keberhasilan suatu
program.
Sebagimana yang dikemukakan oleh Ansyar (1989: 134)
bahwa ".evaluasi mempunyai satu tujuan utama yaitu untuk mengetahui
berhasil tidaknya suatu program" Guru adalah orang yang paling penting
statusnya dala kegiatan belajar mengajar, karena guru memegang tugas yang amat
penting, yaitu mengatur dan mengemudikan kegiatan kelas. Untuk membuat proses
belajar mengajar lebih efektif maka tugas guru adalah menciptakan suasana kelas
yang kondusif untuk pembelajaran. Untuk menciptakan suasana kelas yang kondusif
tersebut perlu dirancang program pengajaran. Berhasil tidaknya suatu program
pengajaran, tentu tidak bisa diketahui begitu saja, tanpa adanya evaluasi
program. Oleh karena itu evaluasi program perlu dilaksanakan oleh guru dalam
rangka mengetahui seberapa jauh proram pengajaran telah berlangsung atau
terlaksana, dan jika terlaksana seberapa baik pelaksanaan program tersebut.
Pendek kata, evaluasi program dilaksanakan untuk mengetahui kelebihan dan
kekurangan dari program pengajaran.
Pembelajaran tematik dapat diartikan suatu kegiatan pembelajaran dengan
mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema/topik
pembahasan. Sutirjo dan Sri Istuti Mamik (2004: 6) menyatakan bahwa
pembelajaran tematik merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan,
keterampilan, nilai, atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif
dengan menggunakan tema. Dari pernyataan tersebut dapat ditegaskan bahwa
pembelajaran tematik dilakukan dengan maksud sebagai upaya untuk memperbaiki
dan meningkatkan kualitas pendidikan, terutama untuk mengimbangi padatnya
materi kurikulum. Disamping itu pembelajaran tematik akan memberi peluang
pembelajaran terpadu yang lebih menekankan pada partisipasi/keterlibatan siswa
dalam belajar. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek
proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar.
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil
melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu mengemas
atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar
siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-unsur konseptual
menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual antar mata
pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa akan memperoleh
keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Selain itu, dengan penerapan pembelajaran
tematik di sekolah dasar akan sangat membantu siswa, karena sesuai dengan tahap
perkembangannya siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan
(holistik).
B
. Karakteristik Pembelajaran Tematik
Salah satu kurang berhasilnya guru
dalam melaksanakan pembelajaran tematik sebagai suatu proses, pembelajaran
terpadu dikarenakan guru kurang memahami akan karakteristik pembelajaran
tematik itu sendiri . Untuk itu sangatlah
perlu guru memahami karakteristik pembelajaran dan dapat mengimplementasikan
pada proses pembelajarannya . Adapun karakteristik tersebut adalah sebagai
berikut :
1.
Pembelajaran berpusat pada anak.
Pembelajaran terpadu dikatakan sebagai pembelajaran yang berpusat
pada anak, karena pada dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem
pembelajaran yang memberikan keleluasaan pada siswa, baik secara individu
maupun kelompok. Siswa dapat aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep
serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan yang harus dikuasainya sesuai
dengan perkembangannya.
2.
Menekankan pembentukan pemahaman
dan kebermaknaan.
Pembelajaran terpadu mengkaji suatu fenomena dari
berbagai macam aspek yang membentuk semacam jalinan antar skemata yang dimiliki
siswa, sehingga akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari
siswa. Hasil yang nyata didapat dari segala konsep yang diperoleh dan
keterkaitannya dengan konsep-konsep lain yang dipelajari dan mengakibatkan
kegiatan belajar menjadi lebih bermakna. Hal ini diharapkan akan berakibat pada
kemampuan siswa untuk dapat menerapkan perolehan belajarnya pada pemecahan
maslah-masalah yang nyata pada kehidupannya .
3.
Belajar melalui pengalaman
langsung.
Pada pembelajaran terpadu diprogramkan untuk melibatkan siswa
secara langsung pada konsep dan prinsip yang dipelajari dan memungkinkan siswa
belajar dengan melakukan kegiatan secara langsung. Sehingga siswa akan memahami
hasil belajarnya sesuai dengan fakta dan peristiwa yang mereka alami, bukan
sekedar informasi dari gurunya. Guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator
dan katalisator yang membimbing ke arah tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan
siswa sebagai aktor pencari fakta dan informasi untuk mengembangkan
pengetahuannya.
4.
Lebih memperhatikan proses dari
pada hasil semata.
Pada pembelajaran terpadu dikembangkan pendekatan
discovery inquiry (penemuan terbimbing) yang melibatkan siswa secara aktif
dalam proses pembelajaran yaitu mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai
proses evaluasi. Pembelajaran terpadu dilaksanakan dengan melihat hasrat,
minat, dan kemampuan siswa, sehingga memungkinkan siswa termotivasi untuk
belajar terus menerus.
5.
Sarat dengan muatan keterkaitan.
Pembelajaran terpadu memusatkan perhatian pada pengamatan dan
pengkajian suatu gejala atau peristiwa dari beberapa mata pelajaran sekaligus,
tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak. Sehingga memungkinkan siswa untuk
memahami suatu fenomena pembelajaran dari segala sisi, yang pada gilirannya
nanti akan membuat siswa lebih arif dan bijak dalam menyikapi atau menghadapi
kejadian yang ada.
Setelah guru
mengimplementasikan pemahamannya akan karakteristik pembelajaran tematik untuk
mengetahui apakah pembelajarannya telah menggambarkan tematik maka dapat
dilihat dari ciri-ciri pembelajarannya . Ada bebrapa hal yang perlu
diperhatikan untuk mewujudkan hal tersebut diantaranya adalah :
1.
Pembelajaran tematik
dimaksudkan agar pelaksanaan kegiatan pembelajaran lebih bermakna dan utuh.
2.
Dalam pelaksanaan
pembelajaran tematik perlu
mempertimbangkan alokasi waktu untuk setiap topik, banyak sedikitnya bahan yang
tersedia di lingkungan.
3.
Pilihlah tema yang
terdekat dengan siswa.
4.
Lebih mengutamakan
kompetensi dasar yang akan dicapai dari pada tema.
C . Model
–model Pembelajaran Tematik .
Menurut Fogarty (1991) bila ditinjau dari sifat materi
dan cara memadukan konsep, keterampilan dan unit tematisnya ada 10 model
pembelajaran terpadu. Dari kesepuluh model pembelajaran yang dikemukakan oleh
Fogarty tersebut, hanya 3 model yang digunakan pada kurikulum PGSD yaitu
connected model, webbed model, dan integrated model.
1. Model Hubungan/Model Terkait
(Connected model)
Model pembelajaran ini menyajikan hubungan yang
eksplisit didalam suatu mata pelajaran yaitu menghubungkan satu topik ke topik
yang lain, satu konsep ke konsep yang lain, satu keterampilan ke keterampilan
yang lain, satu tugas ke tugas berikutnya. Pada pembelajaran model ini kunci
utamanya adalah adanya satu usaha secara sadar untuk menghubungkan bidang
kajian dalam satu disiplin ilmu. Keunggulan dari model pembelajaran ini adalah
siswa memperoleh gambaran secara menyeluruh tentang suatu konsep, sehingga
transfer pengetahuan akan sangat mudah karena konsep-konsep pokok dikembangkan
terus menerus. Contoh. Guru menghubungkan/menggabungkan konsep matematika
tentang uang dengan konsep jual beli, untung rugi, simpan pinjam, bunga.
2. Model Jaring Laba-laba/Model
Terjala (Webbed model)
Model pembelajaran ini pada dasarnya menggunakan
pendekatan tematik. Pendekatan ini pengembangannya dimulai dengan
menentukan tema tertentu. Tema yang ditetapkan dapat dipilih
antara guru dengan siswa atau sesama guru. Setelah tema
disepakati maka dilanjutkan dengan pemilihan sub-sub tema dengan
memperhatikan kaitannya dengan antar mata pelajaran. Dari
sub-sub tema ini direncanakan aktivitas belajar yang harus dilakukan siswa.
Keuntungan dari model pembelajaran terpadu ini bagi siswa adalah
diperolehnya pandangan hubungan yang utuh tentang kegiatan dari
ilmu yang berbeda-beda. Contoh. Siswa dan guru
menentukan tema misal air. Maka guru-guru mata pelajaran dapat mengajarkan
tema air itu ke dalam sub-sub tema, misal siklus air, kincir air, air waduk,
air sungai, bisnis air dari PDAM yang tergabung dalam mata
pelajaran-mata pelajaran matematika, IPA, IPS, Bahasa.
3. Model Terpadu
(Integrated model)
Model pembelajaran terpadu ini menggunakan pendekatan
antar mata pelajaran. Model ini diusahakan dengan cara menggabungkan
beberapa mata pelajaran yaitu dengan menetapkan prioritas dari kurikulum dan
menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang saling tumpang tindih di dalam
beberapa mata pelajaran. Berikut deskripsi kelebihan dan kelemahan model-model
pembelajaran tematik :
Nama Model
|
Deskripsi
|
Kelebihan
|
Kelemahan
|
Keterkaitan/
Keterhubungan
(Connected)
|
Topik-topik dalam satu
disiplin ilmu berhubungan satu sama lain
|
Konsep–konsep utama
saling terhubung,
mengarah pada
pengulangan (review),
rekonseptualisasi, dan
asimilasi gagasan-
gagasan dalam suatu
disiplin
|
Disiplin-disiplin ilmu tidak
berkaitan; kontent tetap terfokus pada satu disiplin
ilmu
|
Berbentuk
jaring laba- laba
(Webbed)
|
Pengajaran tematis,
Menggunakan suatu tema sebagai dasar
Pembelajaran dalam berbagai disiplin mata
pelajaran
|
Dapat memotivasi
murid-murid: membantu
murid-murid untuk
melihat keterhubungan
antar gagasan
|
Tema yang digunakan harus dipilih baik-baik
secara selektif agar menjadi berarti, juga
relevan dengan kontent
|
Terpadu
(Integrated)
|
Dalam berbagai prioritas yang saling tumpang tindih dalam
Berbagai disiplin ilmu,
Dicari keterampilan,
konsep, dan sikap-sikap
yang sama
|
Mendorong murid-
murid untuk melihat
keterkaitan dan
kesalingterhubungan di
antara disiplin-disiplin
ilmu; murid-murid
termotivasi dengan
melihat berbagai
keterkaitan tersebut
|
Membutuhkan tim
antardepartemen
yang memiliki
perencanaan dan waktu pengajaran yang sama
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar